KYAI MAGHFUR HASBULLOH (Bag.1)

Pelopor Kuliah Subuh Romadlon di Ponorogo

KH.Maghfur Hasbulloh
KH.Maghfur Hasbulloh
Dalam Buku babad Ponorogo, Karya Poerwowidjojo, disebutkan bahwa Masjid Kuman Kota Lama adalah masjid agung saat ibukota Ponorogo belum berpindah ke wilayah saat ini. Kata Kauman singkatan dari Kaum Iman dan Kota Lama menandakan ibu kota ponorogo awal.
Masjid ini berkembang pesat era 80 -90 an, dengan ribuan jamaah dari berbagai wilayah utamnya saat romadlon, dengan kegiatan Kuliah Subuh dan dengan penceramah tunggal Kyai Maghfur hasbulloh seorang kyai sepuh wilayah mataraman pada masa itu. Pengajian berbobot berintikan tasawwuf/akhlak bersumber dari kitab klasik dengan bahasa ringan disertai kisah-kisah menarik dan selingan humor, membius jama’ah dan secara perlahan membentuk kultur masyarakat Islami. Hal ini terlihat dalam materi lembaran –lembaran ceramah kuliah subuh yang dibagikan sebelum kegiatan kuliah subuh berlangsung. Akhir romadlon ceramah beliau biasanya semakin membius terbawa suasana menjelang lebaran, menekankan ma’na silaturrahim, mengasihi sesama, orangtua baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, hingga bahasa candaan beliau terbawa dalam suasana silaturahmi masyarakat; tutur salah satu santrinya.
Kuliah subuh era tahun 70-an masih jarang bahkan belum ada, karena sedikitnya penceramah dan terbatasnya media, “Kala itu setiap romadlon jamaah subuh di Musholla2 kosong, semua ke masjid kauman untuk kuliah subuh, saya matur ke Kyai, beliau menyarankan Silakan jama’ah Subuh di Musholla setelah itu bawa jamaah ke kauman untuk kuliah subuh, dari rintisan Kyai Maghfur menginspirasi generasi berikutnya menjadi penceramah dan menyelengarakan kuliah subuh di Masjid2dan Musholla2 ” tutur kakek saya

Sima’an Al Qur’an malam 27 Romadlon- Inspirasi Tumbuhnya Hafidz Al Qur’an di Ponorogo

Era tahun 70-an Sim’an Al Qur’an di Ponorogo belum se-populer saat ini, Khafidz Al Qur’an di Ponorogo belum ada, sehingga harus menhadirkan dari Daerah lain “ saat itu yang sering menjadi Hafizd – Kyai Athoillah Gotak-Madiun, karena jarak dan minimnya transportasi kadang harus menunggu kedatangan beliau hingga menjelang buka puasa, dan mengambil waktu malam 27 Romadlon untuk berkah momen Lailatul Qodar ” tutur salah satu santri-nya mengenang.
Model sima’an ini telah dikembangkan santri-santri Kyai Maghfur dalam event Romadlon di berbagai Masjid dan Musholla baik di Ponorogo maupun di lain daerah.
Dalam perjalanannya Kyai Maghfur terus membudayakan Al Qur’an di tengah masyarakat khususnya Ponorogo, mendorong tumbuhnya hafizd -hafidz muda dengan memberikan support para Huffadz untuk membangun Pesantren Tahfidz Al Qur’an, tak heran era-80an "Simaan Jantiko Mantab” rintisan KH.Hamim Jazuli (Gus Miek),  saat itu menunjuk Kyai Maghfur sebagai Koordinator Wilayah Ex Karesidenan Madiun, ditengah tekanan rezim Orde-baru. Yang mana Kyai Maghfur disamping saudara (dari jalur mbah Mesir, Durenan) dan sahabat sejak mengemban ilmu di Bendo,Kediri Juga Rois Syuriah NU Kabupaten Ponorogo dan Koorda PWNU Ex.Kars.Madiun – Salah satu Kyai Khos  Pembaca do’a  setiap PWNU  Jatim menggelar Istighotsah. 
Suatu ketika dalam salah satu Istighotsah Kyai Maghfur duduk sebelah kanan Gus Miek (KH.Hamim Jazuli), doa’ Gus Miek terselip “ Allohumma Ij’al man fi Yamiini Haadza, Autaadan Fi Ardlika” ( Ya Allah jadikan orang di sebelah kanan ku ini menjadi Wali Autad di Bumimu)” kata salah satu santrinya, mengenang.
Makam Kyai Maghfur Hasbulloh
di Komplek Makam PP.Darul Hikam Joresan
Kyai Maghfur Hasbulloh menghadap Sang Kholiq pada 25 Mei 1998/ 25 Muharram dalam usia 55 Tahun, tepat 4 hari setelah lengsernya Presiden Suharto, ribuan santri,muslimin-muslimat dengan iringan kendaraan yang tak terputus menghantar jenazah sang Kyai dari Masjid Kauman Kota lama menuju peristirahatan terakhir di Pemakaman Pondok Pesantren Darul Hikam,Joresan. hingga kini masih terus dikunjungi peziarah, terutama jelang ramadlan 
Saat ini Al Qur’an telah membudaya, pesantren Al Qur’an telah berkembang, hafidz-hafidz dari berbagai generasi terus tumbuh. mengenang belau adalah bentuk rasa Syukur “ man lam yasykurinnas la yasykurillah”, ( barangsiapa tidak bersyukur pada manusia, sama saja tidak bersyukur kepada Allah), sebuah Hadist Rosululloh yang sering disampaikan Kyai Maghfur  dalam ceramahnya.. lahul Faatihah.. amin (Danz)

Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Arsip Blog

Definition List

Unordered List

3/recent/post-list

Support

3/recent/post-list